TAMBAH ONGKOS KIRIM


"TAPE ketan, tape ubi manis dibungkus plastik 5000 rupiah," begitu berulang-ulang suara buk Siti menjajakan jualannya di jalan gang depan rumah Golak.

Selera Golak terbangun untuk merasakan manisnya tape bikinan buk Siti. Padahal pas sarapan Golak sudah menidurkan seleranya dengan sepiring nasi putih ditemani telur dadar dan segelas teh manis panas. Sodap kan?

" Buk tape ", panggil Golak.

Buk Siti segera menghampiri Golak yang berdiri di halaman rumahnya.

" Mas, nama saya bukan buk tape," kata buk Siti setelah wajah Golak persis di hadapannya.

" Oya...hehehe. Buk Siti " kata Golak memperbaiki ucapannya.

Buk Siti membuka kedua tas tempat tape disusun.

" Mas seleranya tape apa? "

" Yang itu ", jawab Golak asal tunjuk saja.

Perempuan berstatus janda itu merasa diselentik hatinya. Badannya menggeliat macam anak sekolah yang kementelan.

"Akh...Mas memeras hatiku. Jadi mau...eh...anu...jadi malu," ujar buk Siti dengan manja.

" Tape ketan dan ubi dibungkus plastik harganya 5000 sebungkus. Awak mau tape yang murah ada?" Tanya Golak.

"Harganya sama, Mas, 5000 rupiah," jawab buk Siti.

"Awak tape nggak pakai bungkus saja biar bisa murah " kata Golah berharap.

" Waduh, Mas. Tape nggak pakai bungkus lebih mahal " 

" Hajab bah! Kok...bisa begitu? "  Golah merasa aneh.

" Iyalah, Mas. Sebab saya harus pulang ke rumah untuk mengambilnya. Ya...tambah ongkos kirim " buk Siti bercakap kayak salesgirl.

Golak yang sok paten berdiplomasi mencontek kerjaan orang-orang pada masa kampanye itu terpuruk dibikin buk Siti. Disembunyikan kekalahannya itu dengan meneguk air putih. (Delitua, 15 Oktober 2021)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDAKI SERIBU ANAK TANGGA ZIARAH KE MAKAM SAHABAT RASULULLAH

KESEDERHANAAN SAID BIN AMIR

SEBUTIR PELURU