Postingan

Menampilkan postingan dengan label CERPEN | ANALISA

BOCAH DI HADAPANKU

Gambar
Cerpen BOCAH DI HADAPANKU PERSIS pukul 13.00, bel tanda selesai jam pembelajara berdering nyaring. Setelah berdoa, satu demi satu siswa keluar dari kelasnya.  Usai sholat Zuhur, aku beranjak pulang. Kuhampiri tempat parkir untuk mengambil sepeda motor. Dari kejauhan terlihat ada sesuatu yang lain di jok sepeda motorku. Benar! Setangkai mawar merah diletakkan di jok sepeda motorku. "Waduh! Siapa yang iseng?" Pikirku. Aku tidak merespons hal tersebut. Kuanggap itu hanya keisengan siswa. Sepeda motor kupacu meninggalkan sekolah tempatku mengajar. ***** Keesokan hari pada saat pulang mengajar, aku menemukan lagi setangkai mawar di jok sepeda motorku. Aku mulai kesal dengan keusilan siswa. Kuintrograsi tiga siswa yang sedang bermain di dekat tempat parkir. Tanpa ragu mereka memastikan, bahwa mereka tidak melakukannya. Mereka pun tidak melihat siapa pelakunya. "Sungguh, Pak? Kami nggak tahu," kata mereka bersamaan. Aku menganggap masalah tersebut selesai. Aku tidak perlu

MENTARI KECIL BULAN RAMADHAN

Gambar
SIANG itu mentari mencurahkan kekuatan panasnya ke bumi sangat terik. Mungkin kemudahan mentari meluncurkan panas dikarenakan lapisan ozon yang sudah menipis. Pernah kudengar seorang ahli mengatakan, bahwa ozon lapisan utama yang menghalangi siraman panas matahari terjun bebas ke bumi. Aku menghentikan sepeda motor persis didepan warung makan. Aku sudah lama menjadi pelanggan makan siang di rumah makan itu. Selain harganya sesuai dengan isi kantongku, cita rasanya lumayan nikmat di lidah orang awam seperti aku. Warung makan itu milik mang Karya yang dibangun di bawah pohon mahoni dan di atas beton penutup parit. Biasanya warung itu terbuka polos tanpa dinding terpal. Sekarang warung tersebut sekelilingnya ditutup dengan kain spanduk iklan produk makanan instan. Keadaan itu sebagai apresiasi mang Karya terhadap bulan Ramadhan dan ummat Islam yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Langkahku masuk ke dalam warung sebagai langkah setan. Setan mengajak dan menemaniku untuk makan dan minum d

ASA SEPANJANG DETAK JANTUNG

Gambar
Cerpen BIASANYA istriku, Salma menyiapkan sarapan untukku, tetapi pagi itu dia hanya duduk di kursi meja makan dengan wajah sedih. Kegesitan dan keriangannya memasak nasi, menggoreng telur, dan mengaduk segelas teh manis untukku, sedikit pun tidak tergambar pagi itu. Aku tak terlalu khawatir dengan perubahan sikapnya, karena aku merasa hal itu pembawaan dari janin yang telah bersemayam di dalam rahim Salma. "Masih mual, Sal?"  tanyaku.   Salma hanya menggeleng. "Lho...koq menangis?" Salma menyeka air matanya yang tiba-tiba saja bercucuran mengalir membasahi pipinya. Aku bingung, karena tidak tahu entah apa yang membuat hatinya begitu bersedih. "Aku mimpu, Bang,"   kata istriku sambil terisak. Aku mendekat kepada Salma dan duduk persis di sebelah kanannya. Aku membelai rambut hitamnya. Salma merebahkan kepalanya ke dadaku sebagai ungkapan minta perlindungan dan kasih sayang dariku. "Mimpi hanya bunga tidur. Mimpi bukan isyarat. Tak perlu mimpi dijadika

BUKAN RUMAH PARCEL

Gambar
Cerpen Analisa SEBUAH parsel ukuran besar teronggok di sudut ruang tamu rumah dinasku. Keberadaannya langsung mengingatkanku tentang larangan menerima parcel bagi pejabat pemerintah. Aku tidak mau diposisikan sebagai pembakang terhadap atasan. Aku tidak mau diklasifikasi sebagai pejabat penerima suap. Aku tidak mau menjadi orang penengadah tangan kepada orang. Begitupun, aku berprasangka baik. Kuyakinkan hatiku, parsel itu bukan pemberian orang, tetapi dibeli oleh istriku. Lantaran menjadi tradisi istriku, setiap lebaran harus ada minimal dua buah parsel yang berisi alat pecah-belah dan buah-buahan. Menurut pandanganku, parsel yang dipajang istriku lebih dominan sebagai perbuatan pemborosan, dan ajang gengsi. Isi parsel itu tidak pernah dibagikan atau dicicipi oleh tamu yang datang bersilaturrahmi ke rumah kami. Tamu hanya punya kesempatan untuk melihatnya saja. Namun, aku tidak ngotot memaksa istriku untuk mengakhiri tradisi itu. Keadaan sudah terkondisi dengan keadaan orang tuanya ya

JANGAN JUAL SEKOLAH KAMI

Gambar
Cerpen HAJJAH Rayati,  Kepala SD Negeri Sukamaju berdiri di belakang jendela ruang kerjanya yang terbuka lebar. Dipandangnya ratusan siswa yang berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing, setelah bel jam pelajaran terakhir berbunyi. Setelah siswa terakhir meninggalkan areal   sekolah, yang berada di pinggir Jalan Kelurahan Sukamaju, barulah perempuan berkacamata minus itu kembali duduk di kursi di belakang meja kerjanya.   Pikiran guru yang telah 25 tahun berbakti di dunia pendidikan, sedang kacau dan risau. Bukan dilema keluarga yang menggerogoti bathinnya. Bukan pula karena ditunda kenaikan pangkat dan golongannya. Kecamuk yang menggayut bathin dan pikirannya setelah dua orang pria berbadan besar menemuinya, dua hari yang lalu. Kedua orang pria yang mengaku sebagai staf di kantor kelurahan, bukan untuk menagih pajak bumi dan bangunan. Mereka datang membawa dan menunjukkan belas lembar surat yang ditandatangani oleh lurah. Isi surat itu menyatakan telah dibangun gedung baru SD Neg

MIMPI POLITIKUS

Gambar
Cerpen WAKTU ayahku menjadi politikus partai peserta pemilu, aku dikadernya untuk menggantikan beliau. Loyalitasku kepada partai tidak disangsikan lagi. Betapa tidak, darah, tulang, dan keringat rela kukorbankan untuk partai. Tujuan berpartai untuk menengakkan denokrasi dengan benar. Namun niatku, hanya isapan jempol. Banyak orang berpartai yang saling sikut untuk  mendapatkan kursi pimpinan partai. Politik uang, dan adu domba menggila saat pemilihan ketua partai. Aku benci. Aku marah. Aku kehilangan warna. Gelombang itu mengikis habis kepercayaan dan kecintaanku kepada partai. Semuanya kubuang ke laut. Kutinggalkan partai. Masabodo dengan partai. Ayahku yang sudah puluhan tahun malang melintang di partai, didepak. Sedikit pun tidak ada apresiasi yang mereka berikan kepada ayahku. Sungguh mengecewakan. Kini, jelas bagiku, bahwa tujuan mereka hanya untuk mengejar kedudukan sebagai anggota DPR. Lalu meraup kekayaan. Gelombang itu mengikis habis kepercayaan dan kecintaanku kepada partai.

LAMARAN MANTAN NAPI

AKU tidak mengerti, mengapa lelaki berperawakan kekar dan tinggi, bernama Marno itu datang bertamu ke rumah kami. Padahal selama ini hubungan keluargaku bersikap acuh terhadap pria yang baru sekitar tiga bulan meninggalkan terali besi. "Apa maunya datang ke rumah kami?" Tanya hatiku sembari mengawasi setiap gerak-gerik. "Apakah strategi untuk memperhatikan situasi rumah kami, agar mudah melakukan pencurian?" Prasangka negarif memenuhi hatiku. Yang membuatku semakin penasaran, mengapa ayahku sangat dekat dan akrab dengannya? Seolah-olah mereka pernah menjalin persahabatan yang amat intim. "Ratih, apa yang kau lakukan di situ?" Pertanyaan ibuku membuatku tersentak kaget. "Marna yang baru bebas dari penjara itu datang bertamu ke rumah kita," kataku. "Mau apa dia?" Tanya ibu. "Ayah-lah yang tahu, bu." "Jangan...jangan," kata ibu dengan wajah penuh cemas. "Jangan...jangan dia mau mencuri di rumah kita. Ya kan, bu?&qu

RUMAH BERCAT PUTIH

Cerpen RUMAH BERCAT PUTIH Hampir sebulan ebulan Drs.Muis, Kepala SMU Negeri 50 tidak melaksanakan tugasnya. Sakit kencing manis yang mendera tubuhnya, kambuh. Yang mengharuskan beliau opname di rumah sakit. Sosok Muis yang dikenal sebagai guru yang berdisiplin, ulet, dan gigih. Biarpun dalam kondisi sakit, tetapi pikirannya tertuju ke sekolah yang dipimpinnya.  Siksaan bathin yang dalam baginya terkurung dalam kamar opname. Siksaan itu kian mendera nuraninya ketika dokter menasihatkan, agar beliau istirahat total selama seminggu setelah keluar dari rumah sakit  " Assalamualikum, " seseorang mengucapkan salam di depan pintu rumahnya. Muis yang sedang duduk santai sembari membaca buku di ruang tamu rumahnya. Dengan perlahan beliau berjalan mendekati pintu dan membukanya. " Alaikumsalam, "  balasnya setelah membuka pintu rumah. Muis terpana melihat orang yang berdiri di hadapannya. Beliau seakan tidak percaya dengan penglihatannya. Dibuka kacamata minusnya. Beberapa ka