BAJU HARI RAYA
SUDACO dari arah Medan ke Delitua, persis berhenti di depan rumah Golak. Seorang pria turun dengan menenteng tas plastik bertulis nama sebuah toko baju. Pria itu tidak asing Golak. Mereka warga asli Desa Berdiam Diri. Nih...kukasih tahu namanya, Pulak. Usia kami terpaut pada kepala bilangan. Umurku berkepala lima. Sedangkan Pulak usianya berkepala tiga. Pulak, orangnya sangat mandiri. Makan sendiri, tidur sendiri, mandi sendiri dan naik sudaco sendiri. Wajarlah itu, karena dia belum menikah. Bukan tak ada perempuan yang jatuh hati kepadanya. Cuma pintu hatinya belum bisa dibuka akibat kuncinya dipatahkan dan dibuang kekasihnya yang menghilang tanpa kabar. "Capek kali kau kutengok," sapaku. Pulak menyeka keringat di dahi dengan tangan, "Wiih...panas," gumamnya. Bangku di bawah pohon jambu menjadi sasarannya melepas lelah. Kenyamanan dirasakannya, karena pohon jambu berdaun rindang, sehingga sejuk. Apalagi sesekali berhembus angin memainkan dedaunan. "Dari