Postingan

Menampilkan postingan dengan label JEJAK BUDAYA

ETNIS MANDAILING DI DELITUA BERLOGAT MELAYU

Gambar
KECAMATAN Delitua, satu di antara kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan yang berbatasan dengan Kota Medan ini membawahi 3 desa dan 3.kelurahan. Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kelurahan Delitua, Delitua Barat, serta Delitua Timur. Berbagai etnis dan budaya mendiami kecamatan yang terkenal dengan situs "  Pancur Gading "  tempat pemandian putri hijau. Etnis yang dominan bermukim di Delitua; Mandailing, Jawa, Karo, dan Melayu. Warga atau suku Mandailing umumnya bertempat tingggal di pinggir Jalan Besar Delitua sampai ke tepi Sungai Deli. Dahulu rumah warga Mandailing berbentuk panggung dan bertangga. Lantai dan dinding rumah ditutup dengan papan. Sedangkan atap berupa seng dan daun nipah yang dianyam. Sementara kolong rumah dijadikan tempat bermain anak, menyimpan barang, dan kandang ayam. Sejak tahun 1970-an satu demi satu rumah panggung berubah menjadi rumah semi permanen dan gedung bertingkat. Eksistensi rumah panggung di Delit

KOLABORASI SENI WARNAI TAMAN SRI DELI MEDAN

Gambar
TENGKU Zainuddin dan Sugeng Satya Dharma beserta tim sukses menggelar Festival Seni Taman, Kolaborasi Medan Berkah pada Santu siang (30/10) di Taman Sri Deli, Medan. Kolaborasi tim kerja mengolaborasikan pertunjukan seni nasyid, baca puisi, pameran lukis, tari, dan pangelaran musik. Seniman, sastrawan, dan warga kota Medan duduk berbaur di dekat kolam Taman Sri Deli. Pagelaran dimulai dengan Tari Persembahan yang disuguhkan oleh Manchu Ahmadsyamrada dan kawan-kawan Seorang penari menyuguhkan setepak sirih kepada undangan. Bagi tamu yang berkenan mengunyah sirih, bolehlah dianbil 2 - 3 lembar daun sirih, dioleskan kapur, secuil pinang, dan gambir. Sedangkan bagi yang tidak berkenan, cukuplah dengan menyentuhkan kedua telapak tangan di tepak sirih. Pelukis senior Sumatera Utara, M.Yatim Mustafa turut berkolaborasi dengan menggelar pameran 10 buah lukisan. Polesan M.Yatim di kanvas bertema realitis dan abstrak yang dipajang dengan berbagai judul seperti kuburan sampah. M.Yatim Mustafa dan

MENGENAL AMPU DAN BULANG

Gambar
SEPA SANG mempelai pengantin setelah resmi menikah dengan mengucapkan ijab qabul , sebagai tanda sukacita keluarga diresmikan keduanya dalam walimatul ursy. Bagi warga Mandailing dalam acara resepsi pernikahan dibalurkan dengan acara adat. Paling tidak acara yang bernuansa adat itu dalam hal busana pengantin ketika disandingkan di pelaminan. Macam waktu penulis menikah tahun 2004 mengenakan pakaian pengantin Mandailing, Tapanuli Selatan. Penulis memakai ampu, dan istri mengenakan bulang. Ampu merupakan penutup kepala yang berbentuk khas berwarna hitam yang dipadu dengan corak keemasan. Dahulu ampu merupakan mahkota yang dikenakan oleh raja-raja Mandailing. Selain itu, mempelai laki-laki memakai baju godang alias baju kebesaran (kebanggaan) berbentuk jas. Biasanya baju godang yang terbuat dari bahan beludru berwarna hitam atau merah. Acecoris lain untuk pengantin pria berupa tali pinggang bercorak keemasan. Kemudian dua buah keris kecil (bobat) diselipkan di pinggang. Juga dua gelang po

PIJAR DAKWAH MALUBI MEMEGANG TEGUH KOMITMEN

Gambar
" Dinda isteriku, meski kita tidak dikaruniai keturunan, kau tetap cantik di hatiku. Kau tetap menggairahkanku. Meskipun kita sudah di usia senja, tapi aku merasakan saat-saat kita i SMA dulu. Kita telah sepakat untuk tidak mengenal yang namanya putus asa. Tuhan pasti sayang sama kita......." .  Penggalan pernyataan romantis itu diutarakan oleh tokoh aku kepada istrinya, Dinda dalam cerpen " Segenggam Cinta dari Tanah Garapan". Keromantisan semakin terasa, karena pergulatan cakap tokoh aku dengan Dinda berlangsung saat tengah malam. Namun, keromantisan itu harus dibalut air mata. Menjelang subuh Allah menghendaki Dinda yang sedang sakit kembali ke haribaanNya. Komitmen kehidupan sebagai suami yang setia kepada istri ditonjolkan Malubi dalam pesan cerpennya. Walaupun pasangan suami istri tanpa mendapat karunia anak dari Allah dan jalan usia sudah berada pada garis senja, namun cinta, sayang dan kebersamaan harus utuh sampai akhir hayat. Komitmen dalam menjalani kehid

GORDANG SAMBILAN MUSIK TRADISIONAL TAPANULI SELATANG

Gambar
GORDANG sambilan merupakan alat musik tradisional masyarakat Mandailing Natal, Tapanuli Selatan. Konon alat musik ini sudah ada sejak zaman kerajaan Nasution yang diperkenalkan oleh raja Sibaroar pada tahun 1575. Gordang Sambilan mengandung arti sembilan buah gendang. Setiap gendang mempunyai ukuran panjang dan diameter yang berbeda. Dengan ukuran yang berbeda itu, maka bunyi yang dihasilkannya berbeda pula. Tabung resonator Gordang Sambilan dibuat dari kayu yang dilubangi bagian tengah. Lalu lubang bagian kepala ditutup dengan kulit lembu yang ditegangkan dan diikat dengan tali rotan. Instrumen musik pukul itu terdiri atas taba-taba (gendang 1 dan 2), tope-tope (gendang 3), kodong-kodong (gendang 4), kodong-kodong nabalik (gendang 5), pasilion (gendang 6), dan jangat (gendang 7, 8, dan 9). Juga dilengkapi ogung boru-boru (gong betina yang paling besar) dan ogung jantan yang ukurannya lebih kecil daripada ogung betina.  Gordang Sambilan dilengkapi pula dengan doal (gong yang lebih keci