Postingan

Menampilkan postingan dengan label PUISI

TATAPAN SEPASANG MATA

Gambar
TATAPAN SEPASANG MATA Tatapan sepasang mata indah Melukis rindu dalam kanvas Warna rindu yang tidak pudar Tatapan sepasang mata indah Mengusik cerita kasmaran kemarin Yang terhenti Tatapan sepasang mata indah Berlinang rindu Tak mungkin jemariku menyekanya Maafkan aku! Delitua, 15 Juli 2021 ----- CINTA TAK PERNAH HILANG Cinta tak pernah hilang Meski wajahnya hambar di mata Biarpun namanya kelu lidah menyebut Cinta itu tetap ada Cinta itu bergumul dalam darah Cinta itu menjelma dalam kesal Cinta itu bermuara dalam sakit hati Cinta itu basah dalam air mata Cinta itu berwajah gundah Cinta tetap ada Cinta itu bukan mata Cinta itu bukan lidah Cinta itu rasa Dendam bukan cinta Dendam cinta yang mati Medan, 19 Juli 2021 ----- SEGARIS CINTA Sepasang mata lembut mencurahkan rindu padaku Aku diam Rindu itu bukan untukku Sepasang bibir manja mengucapkan cinta padaku Aku tidak mengangguk Cinta itu bukan milikku Sepasang tangan indah memeluk cinta dirasaku  Maafkan aku Hanya segaris cinta dirasaku

BANGUNKAN FITRAH

BANGUN FITRAH Inilah episode kita Ketika mengejar matahari terlalu banyak torehan belati Lukai hati Bercak darah terberai dalam kejaran detik-detik air mata Melumuri jiwa Episode yang memaksa kita berotak batu Karena disutradarai iblis berwajah angkuh Gema takbir membasahi bumi Bangunkan fitrah yang tertidur pulas Sucikan hati Ulurkan tangan Ukir sejuta kata putih, maaf. ----- MEMULAI MAAF Memulai maaf Bukan menjabik wajah Walau hati pernah digores Biar Surga berpihak bagimu Medan, Ramadhan 1440 H Analisa, 19 Juni 2019 ----- FLUKTUASI IMAN Fluktuasi iman milik kita Saat kaki melangkah kaku Wajah sajadah bersimbah doa Kelenbutan hati dipenuhi instiqfar Fluktuasi iman milik kita Saat hati tertawa renyah Doa dibiarkan tertidur di sajadah Kekerasan hati ditemani iblis Fluktuasi iman milik kita Ramadhan...rumah singgah beratap teduh Bagi wajah-wajah yang merasa berdosa Iqtikaf membentang sajadah Khusuk mengukir zikrullah dan istiqfar Fluktuasi iman milik kita Ketika Ramadhan beranjak mengik

MELATI TAK PERNAH LAYU

Gambar
Puisi MELATI TAK PERNAH LAYU (bagi Yayasan Kemala Bhayangkari) Meskipun sepanjang perputaran mentari dan rembulan Tumpahkan asa di ladang mahligai Namun senyum tak pernah hambar dan kikis ditelan peluh Gemulai tangan nurani menata indah Melati putih di taman sosial dan pendidikan Dipersembahkan untuk kejayaan negara dan bangsa Disuguhkan untuk senyum manis anak-anak negeri menggapai matahari esok Ibu Kemala Bhayangkari Melati yang engkau tanam dan tata di taman negeri Mekar bak mentari pesona putih Mewangi dari tanah Iskandar Muda hingga Puncak Jaya Wijaya Melatih putihmu Melati bhinneka tunggal ika Kilau kemalamu Wahan peluh tanpa keluh Yang tak kan pernah layu di negeri merdeka KARTINI MENANTI KARTINI Gelap yang mendera negeri Cederai langkah perempuan Henti dalam luka keterasingan Perempuan dibutakan Tak boleh buka jendela tatap matahari Kartini... Tidak berhati kraton Meski berdarah biru Rasa ditabur untuk kaumnya Cinta diberi untuk suadaranya Belenggu api dipadamkan Perempuan beba

NARASI NISAN

Gambar
NARASI NISAN Oleh : Pahrus Zaman Nasution Angin yang menggelinding dalam barisan awan kelam Bukan pluit gelegar petir untuk muntahkan gerimis Mentari tersenyum di balik rindang dedaunan Menikmati semilir bayu Memainkan gemerisik daun bambu Jutaan gerimis menggelantung Inilah narasi nisan Tak sehelai daun pun tahu Kapan jatuh memeluk bumi...misteri Daun hanya bisa bertasbih padaNya Nantikan kepastian...bersemayam dalam bumi Medan, Januari 2019 ---------- E V A K U A S I Pilar-pilar koridor rubuh diterpa dosa-dosa masa kini Padahal pondasi dibalur keringat matahari sepuluh, seratus, mungkin seribu bocah  Bertaring, berteriak ke angkasa Terkepung dalam jeruji ambisi Ironis...tak setetes darah tercecer menodai rumput Tak seonggok mayat terkapar membangkai Bocah bertaring Dengan apa lagi mengevakuasimu Haruskah kau dipaksa menguras laut dan menyiramkannya ke lambung? Evakuasi umurmu sebelum lidah kelu membatu ---------- ANAK PARLEMEN Aku anak perlemen Nama Surya Negara Pelita Lahir dari lak

MENGHITUNG DOSA

Gambar
MENGHITUNG DOSA Matahari dan detik  terus bermain Entah sampai kapan mereka lelah bermain Kita hanya bisa menanti Dalam sisa penantian rasa denyut jantung dan rintihan dosa Menghitung dosa yang tersimpan dalam pikiran, hati yang menjalar sampai ke mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki Menghitung dosa bukan membiarkan beku di hati membawanya ke Neraka Buka lembar insyaf, taubat Tebar istiqfar 🌹 SENYUM IBU DI BALIK AWAN Senyum Ibu di balik awan Tak mampu kunikmati dengan tawa Titik embun dan garis senja Melayarkan nuansa pada mata Senyum Ibu di balik awan Kususun dalam rindu Sampai kita bertemu dalam pelukan Allah 🌹 MENATAP 2020 Cerita kehidupan masih bersambung Berbagai tema kan terus tersaji Meski teknologi kian canggih, namun perjuangan jangan melemah Sebab pikiran, tangan, dan kaki mengalahkan teknologi

SUARA USANG

SUARA USANG Kepekaanmu Kepedulianmu Kedekatanmu Keadilanmu Kesosialanmu Tak pernah berjalan di negeri ini Tapi ketika matamu beraroma ambisius Melihat betapa nikmat mengecap kue kekuasaan Semuanya engkau lakonkan Sahabat, permainan ini suara usang Yang tak sedap didengar Aku tak terpedaya dengan senyummu Waktu memberikan cambuk yang pedas di punggungku Jangan sebarkan suara usang Tebarkan suara nurani Suara jiwa 🌹 SEMUA MENGAKU SANG MATAHARI *jelang pilkada gubsu  Sejuta wajah Membusungkan dada Dengan bangga memamerkan matahari Dalam kepal kedua tangannya Sejuta wajah Dengan bangga menyunsun kalimat di bibirnya, "aku sang matahari" Setiap titik matahari dibagi pada setiap mata Biarkan! Biarkan mereka mengaku sepuasnya Biarkan suara mereka terbenam di puncak gunung Kita punya hati nurani Kita punya mata hati Pasti bisa bicara jujur Menemukan sang matahari 🌹 RINDU KERING Tawa mentari Senyum bulan Gemulai lenggok sayap kupu-kupu Dilukis tiap detik Berbingkai nafas putih Tak la

PUASA ITU

Gambar
PUASA ITU Puasa itu... Menyembunyi hati di mata Membuka mata di hati Suka Makmur, 4 Mei 2019 🌹 MENATA HATI Detik berjalan memasuki momentum Mengubah nuansa kristal-kristal darah Dalam bingkai lukisan hitam Digores setiap kanvas duniawi Tercoreng oleh sentuhan iblis Melanglang buana ikut angin Hati bukan batu beku Ramadhan datang memberi senyum Mencuci hati Menata hati Seribu pahala didapat Seribu dosa dilepas 🌹 TATAP RAUT SAJADAH Tarawih bersemayam dalam jubah Malam pada bulan berbibir mungil Lalu merunduk di ujung sajadah Takbiratul Ikhram merunduk wajah Kandas di bumi mengucap salam Sebelas atau duapuluh tiga Jangan lukis jumlah salam yang dilantun dalam bingkai hati Lurus nawaitu Lillahi Ta'ala Gapai seribu bulan terindah 🌹 MEMBACA DIRI Seribu kata ditebarkan di bumi Setiap nama berhak satu kata Pilih kata yang mudah diingat dan diucapkan, agar mudah membacanya gapai matahari Jika bermain-main dengan kata Mengambil kata yang bukan milikmu Bersiaplah untuk dicaci makai oleh di

DEMI KAU ANAKKU

Gambar
ANAK PEREMPUANKU Anak perempuanku Seribu purnama jariku mengubur nyamuk yang kelaparan Matahari terus membakar detik Jariku tak lagi berkuku Rentangkan jemarimu memerisai wajah Agar nyamuk sungkan menatap wajahmu Delitua, 8 Januari 2020 DEMI KAU ANAKKU Anakku yang manis Tidak ayah biarkan kau menahan pedih air mata Tidak ayah lukis luka di bathin Tidak ayah ukir sesal nafas langkah Anakku yang manis Demi lentik jemarimu memetik melati Demi bening matamu melukis dunia Demi peka nuranimu menata budi Ayah rela membatu di sini Nikmati senandung awan-awan hitam yang membakar bathin Anakku yang manis Teruslah bercanda dengan usiamu Agar engkau tahu makna bathin Rumah bahagiaku, Sibiru-biru, 24 April 2012 RUMAH UNTUK ANAKKU Rumah kecil di atas bukit Beratap langit biru Berlantai bumi penuh rindu Kado untuk tawa kecilmu, anakku Nikmatilah dengan nafas ikhlas Agar lukisan jiwa berbingkai indah Terpajang di pagar rumah Tafakur anakku dalam sujudmu Biar engkau nikmati bathin Surga JANGAN BAWA CER

KEMBALI KEPADA WAJAH MANUSIA

Gambar
Air putih pancuran Ramadhan basuh debu pada setiap dinding hidup Wajah penuh senyum keluar berbaris Untuk kembali berjalan pada jalan yang entah di mana ujungnya Air sejuk pancuran Ramadhan kembalikan nurani kepada wajah manusia fitrah Bertahtalah terus biar Surga ada di mata Air suci pancuran Ramadhan hapus terus membasuh setiap jemari Jangan pupus! Bawa terus berjalan biar wajah tetap sebagai manusia yang tahu Surga dan Neraka _________________________________________ Permintaan Kepada Petinggi Negara Pak...Bapak Bu...Ibu Petinggi negara Jangan terlalu sibuk mengurus kemenangan pada pemilu Jangan ambisius memenangkan pemilu Jangan terlena di kurni empuk Lihatlah! Sapalah! Jenguklah!...rakyat Mereka menjerit diterpa bencana...mati Mereka meraung diterpa kemiskinan...lapar...mati Jangan biarkan mereka menonton kekayaan negeri _________________________________________ Doa Penggali Sumur Selamat tinggal masa suram, ujar penggali sumur ketika paculnya menyentuh mata air dari celah bening

BAYANGAN

Gambar
BAYANGAN Jemariku... Jatuh satu persatu Ketika kanvas yang kau lukis Bayangan... Bayanganku Bukankah bayangan akan memudar? Sehingga wajahku kelam Tanpa kata Sunyi Yang tersisa...rasa Biarkan! Aku bercerita tentang laut biru Dengarkan! Aku bercerita tentang dermaga kecil Lukislah! Menjadi rumah kecil kita Dengarkan! Tawa kecil anak kita Medan, 26 Juli 2021 🌹 CINTA TAK PERNAH HILANG Cinta tak pernah hilang Walaupun wajahnya hambar di mata Biarpun lidah kelu menyebut namanya Cinta itu tetap ada Cinta itu bergumul dalam darah Cinta itu menjelma dalam kesal Cinta itu bermuara dalam sakit hati Cinta itu basah dalam air mata Cinta itu berwajah gundah Cinta akan tetap ada Cinta tidak pernah hilang Cinta itu bukan mata Cinta itu bukan lidah Cinta itu rasa Marah Kesal Sakit hati Air mata Gundah Dendam bukan cinta Dendam cinta yang mati Medan, 19 Juli 2021 🌹 TATAPAN SEPASANG MATA Tatapan sepasang mata indah Melukis rindu dalam kanvas Warna rindu yang tidak pudar Tatapan sepasang mata indah Men

RINDU RASULULLAH

Gambar
RINDU RASULULLAH "Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan saudara-saudaraku " , Rasulullah berucap kepada Abu Bakar Ash   Shiddiq  dan para sahabat "Bukankah kami ini saudara-saudaramu, Rasulullah" Abu Bakar bertanya. "Tidak wahai, Abu Bakar. Kamu semua sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku" Rasululah menjawab dengan tersenyum. "Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku, tapi mereka beriman kepadaku. Mereka mencintaiku melebihi anak dan orang tuanya.  Mereka adalah saudara-saudaraku dan mereka bersamaku" "Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntunglah juga mereka yang beriman kepadaku, sedangkan mereka tidak pernah  melihatku" Kita tidak akan mampu Tidak akan pernah mampu Menyamai tulus cinta Rasulullah Muhammad Shalallahu Aliaihi Wassalam Betapa agung cintanya Meski wajah tidak pernah bersua Cinta dan sayang diukir tanpa batas Jangan katakan cinta Tak guna seribu k

BERSAMA SENJA

Gambar
Puisi BERSAMA SENJA Bersama senja Kutemukan kembali jejak yang tersimpan di langit Aku cemburu kepada langit yang telah lama mendekapnya Kupastikan kepada langit, "lepaskan dekapanmu!" Dia jejak Bersama senja Kurangkul kembali jejak yang merebahkan manjanya di rinduku Kubelai tangisnya yang membasahi gelombang hati Matanya yang bening kukecup dengan dengan kumpulan rindu Bersama senja Jejak tidak pernah menjadi senja Jejak akan tetap merah mawar sampai purnama tidak lagi  terlihat Berjalanlah bersamaku di atas pasir bibir pantai Bersandarlah di pundakku sampai senja bertemu dengan malam Suka Makmur, 26 September 2021 BETAPA Betapa...aku tak mampu dan tidak mau menghitung gemerintik detik yang  memenuhi ruang rindu Betapa...aku terus bergayut dalam binat mata yang terlukis biru dalam setiap usapan bayu Betapa...aku erat mendekap setiap rasa yang tersemat dalam jiwa. Kekasih, Engkau masih membiarkan celah hati ditusuk wajah dan suara yang datang entah dari penjuru m