NARASI NISAN









NARASI NISAN
Oleh : Pahrus Zaman Nasution

Angin yang menggelinding dalam barisan awan kelam
Bukan pluit gelegar petir untuk muntahkan gerimis

Mentari tersenyum di balik rindang dedaunan
Menikmati semilir bayu
Memainkan gemerisik daun bambu
Jutaan gerimis menggelantung

Inilah narasi nisan
Tak sehelai daun pun tahu
Kapan jatuh memeluk bumi...misteri
Daun hanya bisa bertasbih padaNya
Nantikan kepastian...bersemayam dalam bumi

Medan, Januari 2019

----------

E V A K U A S I

Pilar-pilar koridor rubuh diterpa dosa-dosa masa kini
Padahal pondasi dibalur keringat matahari sepuluh, seratus, mungkin seribu bocah 
Bertaring, berteriak ke angkasa
Terkepung dalam jeruji ambisi
Ironis...tak setetes darah tercecer menodai rumput
Tak seonggok mayat terkapar membangkai

Bocah bertaring
Dengan apa lagi mengevakuasimu
Haruskah kau dipaksa menguras laut dan menyiramkannya ke lambung?
Evakuasi umurmu sebelum lidah kelu membatu

----------

ANAK PARLEMEN

Aku anak perlemen
Nama Surya Negara Pelita
Lahir dari laki-laki berlumpur
Besar dari tangan-tangan kurus

Pada suatu detik hati menggelitik
Menghitung petak-petak sawah yang terjual
Aku lari ke langit
Bersembunyi dari kejaran dendam
Jemari tak mampu mengkerangkeng jiwa merah

Sepuluh janji yang tertulis di jari
Kulebur dalam hujan...hanyut ke laut
Aku berteriak-teriak; petak-petak sawah harus menguning

Aku anak parlemen
Berlari sesukanya di atas meja 
Menulis sesuka cerita fiksi
Matahari pun mampu kugenggam
Ha...ha...ha

Medan, Januari 2019

----------

DEBAT YANG DILANGITKAN

Debat yang dilangitkan
Memamerkan pohon-pohon rindang
Seolah mega pun dibelah
Mencari hujan dan menumpahkannya ke bumi

Debat yang dilangitkan
Memonumental untuk menghiasi negeri dengan gurauan kuas
Berkonklusi pada pelangi, dusta, hoaks, protes, kriminal

Pelakon...
Memang piawai melucu
Wayang-wayang terpingkal tawa
Padahal alur yang disuguhkan sebuah kardus berisi paket; nyanyian cacing lapar

Air mata jelata
Cuma sebungkus nasi campur
Tawa jelata
Terbungkus di awan...terbanglah ke sana

Saudaraku
Bentangkan sepuluh jari
Duduk berpayung
Menonton perdebatan janji
Biarkan mereka lelah...membatu

Medan, 19 Pebruari 2019

Analisa | 20 Maret 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDAKI SERIBU ANAK TANGGA ZIARAH KE MAKAM SAHABAT RASULULLAH

KESEDERHANAAN SAID BIN AMIR

SEBUTIR PELURU