MENANGGULANGI KENAKALAN ANAK



ANAK merupakan dambaan setiap pasangan suami istri yang telah melaksanakan akad nikah. Anak menjadi penerus keturunan dan tumpuan harapan orang tua pada hari tuanya kelak.

Tidak semua pasangan suami istri beruntung melahirkan anak-anak yang soleh, berbudi pekerti, dan patuh kepada kedua orang tuanya. Sejumlah keluraga harus berlapang dada diamanahkan anak yang tidak baik watak dan karakternya.

Urgen dipahami orang tua, bahwa kenakalan anak tidak terjadi dengan spontan. Anak tidak tiba-tiba menjadi nakal. Bukan sejak dari dalam kandungan ibu anak berpotensi nakal.  Kita merujuk kepada ajaran Islam, bahwa setiap anak mempunyai fitrah yang baik. Anak yang lahir bagai kertas putih yang polos dan suci. Dunia atau orang tuanya yang mengubah wataknya menjadi nakal. 

Jadi ada penyebab yang mengantarkan anak  sampai ke posisi nakal. Yang dominan merusak prilaku baik anak; kurang atau tidak pernah mendapat pendidikan agama, orang tua tidak menunjukkan teladan bagi anak, keluarga broken home, suami istri kerap bertengkar di hadapan anak, ayah dan ibu sibuk berkutat dengan karier, dan anak salah memilih teman dalam pergaulannya.

Dalam konteks tersebut tidak perlu mencari kambing hitam, apalagi saling menyalahkan. Yang terpenting saling introspeksi diri. Selanjutnya mencarikan solusi terbaik mengubah prilaku anak menjadi baik.

Perlukah Menghukum Anak?

Banyak orang tua yang cepat marah dan kalap jika mengetahui anak sudah terjerumus ke dalam jurang kenaifan. Emosi marah yang diandalkan dengan memberikan hukuman kepada anak. Sudah tepatkah tindakan tersebut diterapkan kepada anak?

Jika masih sebatas marah, tentulah sangat manusiawi. Setiap orang pasti memiliki rasa marah melihat tindakan kenakalan yang dilakukan anak. Namun marah itupun harus tetap dalam kontrol dan terkendali. Jika tidak, baik secara fisik maupun psikis anak mendapat efek marah yang tidak terkontrol.

Hukuman perlukah diberikan kepada anak? Orang tua tidak berhak memberi hukuman kepada anak, meskipun anak kandung. Anak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan dari orang tuanya. Jadi, tidak sembarangan orang tua boleh menjatuhkan hukuman kepada anak, apalagi yang bersifat fisik.

Sejalan dengan hal tersebut, maka yang urgen diterapkan kepada anak, agar terhindar dari prilaku nakal; 

1. Perhatian Orang Tua
Anak tidak hanya membutuhkan pangan, sandang, dan papan dalam rutinitas kehidupan ini. Mereka juga butuh kasih sayang, kebersamaan, dan teladan dalam keluarga. Untuk itu, ayah dan ibu sesibuk apapun dalam beraktivitas, harus menyediakan waktu khusus untuk berkumpul bersama anak-anak. Kumpul bersama ini merupakan tali yang mengikat kedekatan antara orang tua dengan, dan anak dengan orang tua.

Jika hal tersebut tidak dirasakan anak dalam keluarga, maka anak akan mencari orang-orang yang mau menerima keberadaannya. Dalam kondisi itu anak dapat terjebak masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang nakal.

2. Suasana Aman dalam Keluarga
Orang tua urgen membuat suasana aman dalam keluarga. Artinya terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.  Komunikasi yang baik dalam keluarga merupakan barometer keharmonisan dalam rumah tangga. Komunikasi yang terhambat dapat memicu munculnya rasa tidak aman, sehingga masing-masing anggota keluarga berjalan sesuai dengan keinginan kakinya.

Pertengkaran antara suami dengan istri, terlebih bila dilakukan di hadapan anak, akan menimbulkan rasa tidak aman bagi anak. Memang banyak hal yang dapat memmicul ribut pasangan suami istri. Oleh sebab itu, demi menghidupkan rasa aman bagi anak di dalam keluarga minimalkan ribut dalam keluarga. Jika terpaksa harus terjadi silang pendapat antara suami istri, jangan tunjukkan di hadapan anak. Cari tempat spesial, seperti kamar tidur.

3. Tanamkan Disiplin
Dalam mengelola rumah tangga urgen ditegakkan peraturan terhadap seluruh anggota keluarga. Peraturan itu cepat atau lambat akan dilaksanakan anak dengan penuh tanggung jawab. Penerapan peraturan merupakan cara untuk menumbuhkan sikap disipilin anak.

Jika disipilin tidak dilaksanakan dalam kehidupan rumah tangga, pasti anggota keluarga akan berbuat semena-mena. Implikasinya anak-anak menjadi orang berwatak sesukanya dalam bersikap dan bertindak. Mereka tidak mempedulikan orang lain. Yang penting ajangnya terpenuhi. Ya...menumbuhkan sikap egois.

4. Mengembangkan Potensi Anak
Sejak dalam kandungan, Allah telah menganugerahkan berbagai potensi terhadap manusia. Setelah beranjak belia barulah terbaca potensi yang dimiliki seorang anak.

Agar anak tidak bosan di rumah, alangkah baik orang tua mendukung potensi yang dimilikinya. Arahkan dan dukung anak untuk mengembangkan potensi yang dimilkinya. Ini merupakan apresiasi orang tua kepada anak, yang tidak akan pernah dilupakannya.

5. Pendidikan Agama
Yang paling penting dari semuanya adalah memberikan pendidikan agama kepada anak. Lewat pendidikan agama, anak mengenal Allah, para nabi, ajaran agama Islam. Untuk mendapatkan pendidikan dapat dengan mendatangkan guru agama ke rumah, menyekolahkan anak di lembaga pendidikan Islam.

Pendidikan agama urgen dikenalkan kepada anak, agar anak tahu membedakan yang makruf dan mungkar. Dengan terpantri ajaran agama dalam diri anak, maka akan menjadi benteng baginya menghindar, terhindar dan terkontaminasi dari perbuatan binal. Semoga. (pzn)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDAKI SERIBU ANAK TANGGA ZIARAH KE MAKAM SAHABAT RASULULLAH

KESEDERHANAAN SAID BIN AMIR

SEBUTIR PELURU