BAJU HARI RAYA

SUDACO dari arah Medan ke Delitua, persis berhenti di depan rumah Golak. Seorang pria turun dengan menenteng tas plastik bertulis nama sebuah toko baju. Pria itu tidak asing Golak. Mereka warga asli Desa Berdiam Diri. 

Nih...kukasih tahu namanya, Pulak.     Usia kami terpaut pada kepala bilangan. Umurku berkepala lima. Sedangkan Pulak usianya berkepala tiga. 

Pulak, orangnya sangat mandiri. Makan sendiri, tidur sendiri, mandi sendiri dan naik sudaco sendiri. Wajarlah itu, karena dia belum menikah. Bukan tak ada perempuan yang jatuh hati kepadanya. Cuma pintu hatinya belum bisa dibuka akibat kuncinya dipatahkan dan dibuang kekasihnya yang menghilang tanpa kabar.

"Capek kali kau kutengok," sapaku.

Pulak menyeka keringat di dahi dengan tangan, "Wiih...panas," gumamnya.

Bangku di bawah pohon jambu menjadi sasarannya melepas lelah. Kenyamanan dirasakannya, karena pohon jambu berdaun rindang, sehingga sejuk. Apalagi sesekali berhembus angin memainkan dedaunan.

"Dari mano kau?" 

Belum sempat Pulak menjawab pertanyaanku, kulemparkan lagi pertanyaan, "Puaso kau?"

"Itulah, Bang! Biarpun puaso kupalai-palai ke pajak," kata Pulak.

"Ngapo kau yang ko pajak? 

"Ini ha...!" Kata Pulak sambil menunjukkan tas plastik yang bertuliskan nama toko busana. "Memboli baju hari rayo,"

"Ooo...memboli baju hari rayo?" Ulangku.

"Mantaplah itu!" Sambungku.

"Abang udah boli baju hari rayo?" Tanya Pulak.

"Mudah itu!" Jawabku.

"Tapi," sambungku, " Ado yang membikin hatiku bertanyo-tanyo," kataku terhenti.

"Ha! Apo itu, Bang?" Pulak semangat sekali.

"Banyak orang, termasuk kau sibuk memboli baju hari raya,"

"Iyolah, Bang! Itukan hari kemonangan ummat Islam,"


"Iyo, botul! Ado baju hari rayo, seharusnyo ado jugolah baju puaso," kataku.

"Mengapo sebelum bulan puaso tak kau boli baju bulan puaso?" Sambungku bertanya.

Pulak menarik nafasnya, "Waduh," gumamnya seraya turun dari bangku.

"Pulanglah aku, Bang," ujar Pulak meninggalkan aku yang terpelongoh, karena tidak paham mengapa dia tiba-tiba beranjak pulang. Huh!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDAKI SERIBU ANAK TANGGA ZIARAH KE MAKAM SAHABAT RASULULLAH

KESEDERHANAAN SAID BIN AMIR

SEBUTIR PELURU