PADA REUNI SMA



Papa Reni berdiri dan mengantarkan kedua pemuda sampai ke pintu pagar halaman rumah. Lelaki itu tidak menyapaku, karena memang dia tidak mengenalku. Sorot matanya menyimpan informasi yang akan disampaikan kepadak













" Teman Reni? Mau acara reunian?,




























 "

Tanya ayah Reni.
" Iya, Pak!, "
Cepat aku menjawab.masuklah! 
Kami berjalan berdampingan. Badannya begitu kekar dan berisi, tidak sebanding dengan tubuhku yang kurus dan ke














cil.
" Silahkan duduk!, "
Lelaki itupun menggeserkan kursi untukku di teras rumah. Aku duduk sendiri di teras, karena papa Reni masuk ke dalam rumah. 
Untuk mengisi kesendirian, kubalik halaman demi halaman surat kabar Dobrak yang kubeli di pasar Sambu. Sasaran tertuju rubrik atau halaman Remaja Kita yang menyajikan artikel, cerpen, dan puisi remaja. Alhamdulillah, redaksi menerbitkan tulisan cerpenku.
Reni datang menghidangkan segelas es buah. Dia duduk persis di kursi sisi kiriku.
" Maaf, Rus, terlambat menemuimu, "
Ujar Reni membuka pertemuan kami.
" Tak apa. Kamu tambah cantik. Buat rindu masa sekolah, "
Godaku membuat Reni tersipu malu.
" Nggak berubah getek kamu, ya, "
Balas Reni.
" Oya...Ren, kok belum berdatang kawan-kawan kita?, "
Tanyaku mengalihkan pembicaraan, walau hatiku masih tergoda dengan keanggunan gadis berambutan tergerai sebataa bahu itu.
" Nggak tahu, Rus, tapi Teti dan Lina dari pagi tadi sudah datang, "
Bersamaan dengan ucapan Reni, Teti dan Lina menghampiri kami.
" Heii...apa kabar, Rus?
Tanya Teti dengan senyum yang melebar. Sementara Lina, siswi tubuh mungil itu mengulurkan tangannya kepadaku.
" Kamu kuliah atau sudah kerja?, "
Teti bertanya lagi.
" Iya! Jadi kuli ayah, "
Jawabku bercanda. Meledak tawa kami.
**********
Satu persatu kawan-kawanku sampai ke rumah Reni. Setahun berpisah setelah tamat SMA belum banyak perubahan kami. Namun kerinduan atas kebersamaan selama tiga tahun tidak dapat dipungkiri. Saling rangkul dan bercerita sebagai wujud melepas rindu. Suasana begitu ceria seakan terulang kembali cerita manis masa SMA. 
Seketika kerianganku buyar. Hancur seluruh harapan yang penuh terukir di hati ketika mataku melihat Rina datang berboncengan mengendarai motor dengan seorang pria. Cemburu dan marah memenuhi ruang hatiku. Suasana menjadi terasa hambar.
Rina telah berubah. Padahal ketika masih sekolah, dia selalu dekat denganku. Walau tidak menjadi bintang kelas, Rina tetap memilihku bersamanya dalam kelompok belajar. 
Pagi sebelum bel berbunyi kutunggu Rina di gerbang sekolah. Kami jalan bersama menuju ke ruang kelas. Siang pulang sekolah kutemani dia di halte bus Jalan SM Raja di depan sekolah menunggu bus kota rute ke rumahnya. Saat menunggu bus duduk bersisian. Sesekali tangan nakalku menggenggam jemari Rina. Kami saling tersenyum.
Acara reuni dimulai dengan kata ucapan selamat datang dari tuan rumah. Setelah berdoa acara bebas. Ada yang menyanyi sambil memetik gitar. Ketika giliranku, aku membacakan sebuah puisi.
Yang tak kalah menarik ketika kami saling tukar. Seorang kawan menyerahkan kado Rina kepadaku. Mungking itu sudah menjadi rencananya. Sementara kadoku entah siapa yang mendapatkannya. 
Kubuka kado Rina. Getar hatiku untuk membukanya. Firasatku berbicara jalang, bahwa kado itu kado perpisahan.
Kado Rina berisi sebuah album foto yang di dalamnya terdapat sebuah foto sepasang anak manusia yang dimabuk asmara. Foto aku dan Rina dengan fose yang romantis. Rina metebahkan kepalanya di dadaku. Sementara tanganku merangkul bahunya.
"  Maaf, Rus, semua ini tinggal menjadi kenangan. Kita tutup semua kenangan yang pernah terlukis, "
Ucapan itu tertulis rapi dalam secarik kertas yang terselip di bawah foto.
Sungai Denai yang tidak jauh dari rumah Reni dijadikan lokasi bagi kawan-kawan untuk menyantap hidangan. Sementara aku masih bertahan di rumah Reni, karena Reni mengabarkan kepadaku, bahwa Rina ingin bicara empat mata denganku.
" Rina mau bicara denganmu, Rus, "
Kata Reni.
" Nggak perlu lagi, Ren. Semua sudah jelas. Sudah berakhir, "
Kataku dengan penuh rasa kecewa.
" Kau dengar sajalah. Ada yang dijelaskan Rina sama kamu, Rus, "
Aku mengalah. Kupenuhi saran Reni untuk bicara eempat mata dengan Rina.
" Untuk apa lagi kau bicara denganku?, "
Tanyaku setelah bertemua Rina.
" Kok diam?, "
" Aku mohon maaf, Rus, "
Rina berkata dengan suara bergetar.
Aku diam. Hanya hati terus bicara menerima kenyataan itu dengan kecewa.
" Rua, "
Ujar Rina dengan suara lirih.
" Aku mohon maaf. Ini bukan kemauanku, tapi desakan orang tuaku. Pria itu memasukan aku bekerja di bank, "
Rina menatapku dalam sekali. Aku tidak dapat menebak makna yang tersimpan di hatinya.
" Maafkan aku, Rus. Aku sudah hamil, "
Kata Rina berterus terang.
Aku sangat terkejut dengan pernyataan Rina itu. Aku tidak menduga Rina mampu dan tega mengkhianati ketulusan yang telah torehkan di hatiku.
Aku berlalu dari hadapan Rina. Kubuang ke angkasa kenangan yang menyesakkan dada. Rina bukan lagi bagian dari kehidupanku, tapi bagian dari kegagalanku. Namun disela-sela kehancuranku ada sekuntum melati yang telah menyebar aromanya kepadaku.
" Ayo...kita sama menyusul kawan-kawan ke sungai, "
Ajak Reni.
Aku sangat kaget ketika tangan kanan Reni berpegangan di tanganku. Bagi kami ini cerita baru dalam kehidupan kami. Aku dan Reni berpandangan malu-malu. Namun Reni tidak melepaskan pegangannya. Aku pun ikut membelai tangan mungiil itu.
" Reni, "
Sapaku pelan.
" Sudah lama aku tahu, bahwa Rina mengingkari cintanya. Calon suaminya itu adik dari  suami kakakku, "
Kata Reni.
" Senasib, Rus. Pacarku selingkuh. Dia kawin lari dengan perempuan lain, "
Reni berterus terang.
Aku dan Reni duduk di bawah sebatang pohon jambu yang sedang berbunga. Kubersihkan rambut Rina dari taburan bunga jambu yang gugur. 
Aku dan Reni berpandangan penuh makna. Ketika tanganku ingin menggenggam kedua tanngannya, seorang kawan menegur kami.
" Pacarannya ditunda dulu, "
Aku dan Reni tersipu malu. Dengan berlari kecil kami bergabung dengan kawan-,kawan bercengkrama di aliran sungai Denai.
Kedai Durian, 28 November 1986
Cerpen pertamaku mengeludunia kepenulisan yang terbit di surat kabar mingguan Dobrak, Medan.

























Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDAKI SERIBU ANAK TANGGA ZIARAH KE MAKAM SAHABAT RASULULLAH

KESEDERHANAAN SAID BIN AMIR

SEBUTIR PELURU