Postingan

RATU KAMPUS DAN PROFESOR

Gambar
Cerpen Remaja Garuda I NTAN Baiduri, nama mahasiswi di sebuah kampus universitas swasta. Intan di kalangan civitas akademika dikenal sebagai ratu kampus. Gelar manusiawi didapatkannya dari kriteria kecantikan wajah dan postur tubuh yang aduhai bak penari melayu. Setiap pria yang melihatnya. Uhui... Pastilah terpesona. Banyak kumbang kampus yang membeternya, tetapi Intan tidak pernah merasa jatuh cintrong kepada mereka. Menurutnya, kumbang-kumbang kampus masih berkantong tipis. Setipis kulit bawang. Sang ratu membutuhkan kumbang berkantong tebal.  "Cintaku bukan komersil, tapi realita kehidupan," katanya kepada wartawan yang meliput berita unjuk rasa kumbang-kumbang kampus yang dipandang sebelah mata oleh sang ratu. "Cinta harus sejalan dengan tuntutan kebutuhan," sambung sang ratu. "Contoh sederhana," lanjut Intan. "Siang ini panas sekali. Aku haus, maka aku harus ke kantin membeli minuman. Butuh uang kan?" Kata ratu. Ratu berlari menuju kantin k

KABUT KEMBALI DATANG

Gambar
BETAPA senang hatiku menyambut kedatangan seorang rekan wanita, yang juga menggeliat di dunia kepenulisan dan teater seperti aku. Kami berkenalan ketika anak-anak teater menggelar malam renungan teater menyambut kedatangan tahun baru miladiyah yang penuh dengan harapan dan menyimpan sejuta kenangan. "Masih kenalkan denganku?" Tanyanya ketika kami berjabatan tangan. "Iya, aku kenal. Elida kan?" Kataku meyakinkan. "Kau Armi," ucapnya dari balik senyum manisnya. Dia duduk persis di hadapanku, sehingga membuatku sedikit kikuk bila mata lembutnya melihatku. Aku tipe lelaki pemalu, terlebih saat usia belasan tahun. Alhamdulillah, sifat pemaluku berangsur sedikit demi sedikit berubah setelah aku bergelut dengan dunia teater. Yang mana banyak menguji mental untuk memerankan berbagai perlakonan yang ada di dalam kehidupan masyarakat.  "Bagaimana masih bernafas teater kalian?"  Tanya Elida. "Ya...mudah-mudahan masih aktif, walau terkadang terlena,&quo

DIAKHIR KKN

Gambar
CURAH hujan pada siang itu menghentikan langkah sepasang remaja untuk menikmati panorama sungai. Keduanya menyingkir dari terpaan hujan. Warung di pinggir sungai menjadi tempat mereka berteduh. Irwan dan Ferra duduk berdampingan di sudut warung. Angin yang berhembus genit memainkan rambut Ferra yang tergerai sebatas bahunya. "Terima kasih, mbak," ujar Irwan kepada pemilik warung yang menghidangkan pesanan mereka, misop dan teh manis hangat. Irwan menuangkan kecap, dan saos ke bangkok misop. Hal yang sama dilakukan oleh Irwan ke bangkok misop kekasihnya. "Udah, Ir. Sedikit saja!" kata Ferra. Setelah mengaduk gula yang belum larut, Ferra mencicipi teh manis. Waw...masih terasa panas. Kening Ferra melebar merasakan panas yang menyulut lidahnya. Irwan sosok pria yang peka. Dia mengaduk berulang kali teh manis minuman sang kekasih, agar berkurang panasnya. "Minumlah!" Kata Irwan. Ferra merasa tersanjung dan kagum atas sikap kekasihnya itu. Hatinya bangga mendap