PADA REUNI SMA

Lewat tigabelas menit dari waktu



LEWAT tigabelas menit dari waktu tertera di dalam undangan reuni, aku sampai di rumah Reni, tempat diadakan reuni. Aku sedikit ragu untuk masuk ke rumah Reni, karena tak seorang rekanku terlihat batang hidungnya. Hanya papa Reni dan dua orang pria sedang bercakap-cakap di teras rumah. Aku menjadi terpaku melihat kesunyian itu.

Papa Reni berdiri mengantarkan kedua orang tamunya sampai pintu pagar halaman rumah. "Teman Reni? Mau reunian?" Tanya papa Reni.

Aku mengangguk seraya menjawab, "Iya, Pak,"

"Ayu masuklah!" Ajak papa Reni.

"Belum ada yang datang," sambung papa Reni. "Silahkan duduk!" Sambung lelaki berbadan gemuk dan tinggi. Tidak sebanding denganku yang kurus.

Sepeninggal papa Reni, aku duduk sendiri di teras rumah. Sesekali hembusan kecil angin menemani kesendirianku. Selagi menikmati sendiri, kubuka koran Dobrak yang kubeli di terminal Sambu. Sasaranku rubrik remaja, Alhandulillah, redaksi menerbitkan cerpenku.

Reni datang menghidangkan segelas es buah. Dia duduk persis di sisi kiriku sehingga tubuh kami bersentuhan.

 "Maaf ya, Rus lambat menemuimu," ujar Reni.

Mata nakalku berkali-kali mencuri pandang melihat wajah gadis belia itu. Dengan sedikit genit dan merayu aku melampiaskan kekaguman kepada Reni, "Kamu tambah cantik, Ren." Reni tersipu malu. "Nggak berubah ya getek kamu, Rus," tangkis Reni.

"Oya,Ren, jadikan reunian kita?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Pasti jadilah!"

"Koq...," ucapanku terhenti, karena Reni memotongnya, "Sudah ada yang datang, kamu, Tety, dan Lina,"

"Apa kabar, Rus?" Tanya Tety yang datang bersamaan dengan Lina menghampiri aku dan Reni. "Kamu udah kerja atau kuliah?" Tanya Tety lagi.

"Kuli ayah," jawabku sesukanya, sehingga pecah tawa kami.

Satu persatu kawan kami berdatangan. Setahun berpisah belum banyak perubahan yang mencolok di antara kami. Namun kerinduan terhadap kebersamaan selama tiga tahun di SMA tidak dapat dipungkiri. Saling rangkul dan cerita merupakan luapan melepas rindu. Suasana ceria dan cair seakan terulang kembali kisah masa SMA.

*****

Penglihatanku tidak bisa berbohong. Realita di hadapanku menghancurkan seluruh harapan yang pernah terukir di hati. Rina, yang masih tersimpan di hatiku datang berboncengan dengan seorang pria.

Cemburu dan marah memenuhi ruang hatiku. Suasana menjadi terasa hambar. Rina sudah berubah. Semasa SMA dia selalu dekat dan bersama denganku.

Walaupun aku bintang kelas, Rina tetap memilihku bersamanya dalam kelompok belajar. Pagi sebelum bel masuk belajar, aku menunggunya di gerbang sekolah. Siang, pulang sekolah kutemani dia di halte menunggu bus kota rute ke rumahnya.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDAKI SERIBU ANAK TANGGA ZIARAH KE MAKAM SAHABAT RASULULLAH

KESEDERHANAAN SAID BIN AMIR

SEBUTIR PELURU