BALADA BUAT BUNDA
Puisi
BALADA BUAT BUNDA (1)
Bulan emas yang duduk di pangkuan hari ini
Sama dengan yang kemarin
Menyebarkan aroma keramahan dan keteduhan
Aku bersamanya, Bunda
Seperti yang kau tausiahkan
Ketika matamu masih bertemu matahari
Tapi Bunda...
Saat aku menghitung sepuluh jari tangan
Aku tak lagi melihat bola matamu yang bening
Mengalirkan air sejuk
Yang membasahi relung hati
Aku lelah mencarimu, Bunda
Setiap pori-pori waktu kumasuki
Aku tak melihat wajahmu
Terlalu jauh jarak di antara kita
Aku tak bisa berlari sekencang apapun untuk meraih tanganmu
Bunda...
Hari ini aku hanya bisa tafakur
Seraya mengadahkan tangan kepadaNya
Semoga engkau tidur bagai pengantin di sisiNya
Delitua, 17 September 2007
BALADA BUAT BUNDA (2)
Saat butir-butir padi di sawah menguning dan burung-burung pipit beterbangan
Hendak mencuri cucuran peluh yang kita tanam
Aku dan Bunda tersenyum
Bunda katakan, "biarkan pipit-pipit itu memakan padi"
Dengan suara serak, karena sakit yang bersarang di raga, engkau berkata, "ada bagian rezeki mereka di padi itu"
Bunda, pada musim tanam tahun ini
Aku baru merasakan, tidak mudah menanam padi
Campur tangan engkau sangat berpengaruh
Tanganmu ringan menebarkan benih
Begitupun, Bunda...
Jangan engkau kecewa
Pada setiap purnama aku akan melangkah dengan pasti
Meraih bintang yang pernah kuceritkan kepadamu
BALADA BUAT BUNDA (3)
Bunda,
Anakku yang lahir persis di pangkuanmu
Engkau menangis jika ia menangis
Engkau tertawa jika tertawa
Kau pun pernah menatih langkah kecilnya hingga ia pandai berjalan
Kau pun tertawa riang
Bunda,
Anakku semakin besar
Anakku sehat dan ceria
Dia tahu namau, Bunda
Wajahmu mengalir di matanya
Wejangan Bunda untuk membesarkan anakku
Tak pernah kulupakan
TERIMA KASIH IBU
Meski langkah detikku
Menusuk perih relung jiwamu
Membahana air mata
Ibu...engkau tidak mengeluh
Lembut tanganmu merangkul nurani
Memapahku di jalan Surga
Ibu...kidungmu berdetak di nadi
"Anakku, saat bulan menampakkan raga, mimpilah dalam selimut,"
Pada tetes embun
Pada nyanyian jangkrik
Aku berpijak di bumi yang kokoh
Engkau menatap dengan warna yang jernih
Pada langkah-langkah kecilku
Kasih sayangmu membubung ke langit
Ibu...anakmu belum mampu melukis senyummu
Maafkan kealpaanku
Semoga genggam jemarimu penuh amal ibadah
Terima kasih, Ibu
Analisa, 18 Desember 2018
IBU BUKAN PEREMPUAN BIASA
Ibu bukan perempuan biasa
Tiap detik yang bermain di hatimu, namaku
Tiap kedip matamu yang terlihat wajahku
Tiap rinduku, kau memelukku
Tiap doamu hanya untukku
KETIKA IBU MEMBUKA JENDELA
Ketika Ibu membuka jendela
Jangan menghitung mekar kuntum bunga
Hitunglah getar rindu yang tersimpan di sudut hati
Jangan biarkan rindu membisu
Suara rindu....kehidupan hati yang merah
Kebisuan rindu kematian hati
Terkubur tanpa pusara dan nisan
KETIKA IBU MENUTUP JENDELA
Ketika Ibu menutup jendela
Jangan menangisi bunga yang layu
Menangislah ketika rindu kehilangan suara
Kumpulkan tangisan dalam dekap nurani
Biar air mata menjadi pembasuh jiwa
Membuka mata
Mencari rindu yang masih tersisa
KESEMPURNAAN IBU
Meski matahari mampu engkau genggam
Bulang engkau pangku, Ibu
Kesempurnaan belum milikmu
Kesempurnaan menjadi wajahmu
Jika dekapmu membuat anakmu tertidur
Meski ombak dapat engkau halau
Badai tunduk di hadapanmu, Ibu
Kesempurnaan belum milikmu
Kesempurnaan menjadi wajahmu
Jika tidur anakmu dihiasi mimpi penuh asa
BUNDA TIDAK TERGANTIKAN
Matahari tidak mampu menghangatkan hatiku
Bulan tidak bisa menyelinuti jiwaku
Selimut tak dapat memeluk tubuhku
Buana tak bersedia melindungiku
Bunda...
Yang bisa menghangatkan hatiku
Yang bisa selimuti jiwaku nan gersang
Yang mampu memeluk ragaku kuat melangkah
Yang mampu lindungi tubuhku dari nyamuk nakal
Bunda...
Wajah bunda tidak dapat tergantikan apapun
Aku ingin bunda bersamaku tiap detak jantung
Analisa, 18 Desember 2018
KADO BUAT ISTRI
( selamat 48 tahun)
Bila mentari bangun dari tidur
Cintaku pun mekar hingga garis merah di bibir pelangi
Bila mentari kembali ke peraduan
Cintaku pun tetap menyelimuti malam biru
Detik yang menggelitik
Tak pernah henti lafazkan namamu
Masa yang ada kita tatap dan genggam
Jangan lepas!
Hingga bergandengan di pintu Jannah bersama buah hati kita
Medan, 4 April 2018
Analisa, 18 Desember 2018
Komentar
Posting Komentar