NEGERI SEJUTA GURU
Puisi
NEGERI SEJUTA GURU
Ini negeriku
Sejuta guru
Nasibnya terbelenggu
Tangan-tangan yang pantas ditiru
Apresiasi yang diberi
Bukan keinginan hati
Tapi jalan mencubit nafas guru
Hingga terengah-engah
Tiada yang peduli
Tak takut dosa
Tidak hiraukan sumpah serapah
Asal perut membuncit
*****
CATATAN SEORANG GURU
Kemarin...
Diriku adalah pahlawan
Hari ini...
Aku bukan pahlawan lagi
Esok...
Aku menanti pahlawan
-----
MASIHKAH KITA PAHLAWAN
Hari ini
Matahari memalingkan ronanya
Tiada lagi pelangi
Mewarnai titik-titik hujan
Terik mentari pun
Memaksa pori-pori mengeluarkan peluh
Raga dan jiwa penuh peluh
Merobek nurani
Luluhkan niat suci dengan gulungan ombak
Panggilan masa
Kita berjalan tak segagah Ki Hajar Dewantar
Kita terbata ucapkan, tut wuri handayani
Masihkah kita pahlawan?
Kita bukan pahlawan lagi
Kita hanya tinggal jejak-jejak
MONUMEN YANG TIDAK AKAN RUBUH
Guruku,
Angin yang bercerita kepadaku
Wajah mentari kau nikmati dengan rindu memeluk keluhku
Wajah rembulan kau pandang dengan hening menyebut namaku
Detik-detik mengalir yang engkau ikuti arusnya tidak merobek asa yang terpikul di pundak
Engkau terus menghela nafas, walau terkadang terengah kala hadapi gejolak langkahku
Huruf demi huruf
Angka demi angka
Terus engkau tebar dalam mata dan kepalaku
Jasamu...kan terus memonumen
Tidak akan pernah rubuh
Puisi
ENGKAU DI MATAKU
Seribu doa
Seribu kata
Engkau ukir di langit jiwa
Agar pelangi hati berfatwa
Tentang Surga dan Neraka
Seakan...
Engkau tiada peluh
Memeluk keluh yang berlabuh
Tapi...
Detik-detik jatah hidupmu
Dibalut warna kelunglaian hati
Berjiwa-jiwa anak negeri
Namun...
Senyum tak pernah hambar
Dalam ritme nurani
Doa pun tak pernah pupus
Dalan tiap bentang sajadah
✍️ Kamar Ceriaku, Medan, Medio
November 2011
✍️
KUKUH DI SINI
Seribu kata
Seribu kalimat
Bahasa bijak di garis jiwa untuk taruna tertawa
Peluh tak pernah mengering di dalam seribu mata, tanpa rasa
Seribu wajah, tanpa mata
Kaki kukuh berdiri di sini
Mematung sampai detik tidak bergeming
Komentar
Posting Komentar