LELAKI DIAM

Puisi

LELAKI DIAM

Lelaki kecil, diam
Bukan bertapa
Penuh wajah
Mencari sebaris birahi
Yang ditempelkan di dinding hati

Lelaki kecil, diam
Penuh wajah
Meraba satu di antaranya
Tuk langitkan suara bayi

Ternyata matahari sore
Mengingatkan lelaki kecil, diam
Diam itu lebih elok daripada pergulatan rasa tanpa terasa
Yang menyuntikkan api dan nanah

✍️Analisa, 17 Oktober 1999

----------

RINDU KERING

Tawa matahari
Senyum rembulan
Gemulai lenggok sayap kupu-kupu
Dilukis tiap detik
Berbingkai nafas putih
Tak lagi menggantung di mata
R i n d u

Tentang serantai sawah
Tempat menanam butir-butir esok
Berpagar nurani putih
Tak lagi terdengar
R i n d u

Seenak tangan membalik tiap butir tanah
Mencari rindu
Lelah...aku lelah
Tak sebutir tanah pun menyembunyikan rinduku

✍️Delitua, Februari 2000
đŸ‘‰Analisa, 16 Maret 2000

----------

BALADA JUMAT SIANG

Trotoar jembatan Suprapto
Membiarkan perempuan tua renta
Melintas dengan kaki gemetar

Siang itu menusuk matanya
Tatapan mengharap iba
Nuansa kebeningan yang tersisa
Menceritakan derita panjang
Terlunta!
Tanpa masa depan

Dalam lelah, seluruh tubuhnya gemetar
Kekuatannya luluh
Ia terkapar, tanpa daya
Hanya tangan kanannya menggapai-gapai
Tapi jembatan Suprapto diam menbisu
Semua nurani membeku

Kusapa perempuan tua renta
Terima kasih tanpa suara digetarkannya

Terbakar...marahku
Ketika lelaki berwajah setan
Mencampakkan nama perempuan tua renta

✍️Suka Makmur, November 2001
đŸ‘‰Analisa, 20 Desember 2001

-----------

BALADA MERPATI LAPAR

Merpati membubung lurus
Menembus angin
Mata bebas memandang setiap lekuk
Butir-butir kuning jagung
Hatipun bebas berselera
Lelehkan liur di paruh

Lapar kian mengganggu
Tak sebutir jagung jatuh dari tungkul
Lapar tertahan di kerongkongan
Angin yang sesukanya berkeliaran
Disantap pengganjal lapar

Esok, lapar merpati kembali mengganggu
Kalau angin enggan disantap
Mimpi pun jadi santapan siang
Asal lapar terobati

✍️Kedai Durian, November 2002
đŸ‘‰Analisa, 28 Februari 2002

----------

TAFAKUR UNTUK ACEH

Ya, Allah, kunfayakunMu
Tak pernah kami tahu bila tiba
Detik-detik yang Kau gerakkkan di Aceh
Redupkan semua asa

Ya, Allah, air mata kami bisa kering
Mendengar jeritan saudara kami
Melihat wajah kaku saudara kami
Ya, Allah, hanya satu menyenyumkan hati kami
Saudara kami beristiqfar dengan namaMu

Ya, Allah, jari kami tak mampu menghitung saudara kami terkubur gempa dan tsunamiMu
Ya, Allah, damaikan saudara kami di sisiMu
Jangan turunkan lagi duka di Aceh
Jangan jatuh negeri kami pada kemalangan
Ya, Rabbi

✍️ Analisa, 13 Januari 2005

-----------

SURAT DARI MALAYSIA

Mak, di sini matahari bersinar tiap detik
Mudah mendapatkan pantulannya
Walaupun di antara dedaunan
Ribuan jiw dari desa
Menumpah peluh di sini

Mak, ribuan wajah kawanku berpeluh
Deportasi pulang ke desa
Mereka pulang hanya membawa asa

Mak, wajahku agar tak lagi basah air mata, dan tak lagi kulit tergores disayat majikan
Doakan ya, Mak, besok atau lusa aku dinikahi putra mahkota negeri ini

đŸ‘‰ Analisa, 3 Maret 2005

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDAKI SERIBU ANAK TANGGA ZIARAH KE MAKAM SAHABAT RASULULLAH

KESEDERHANAAN SAID BIN AMIR

SEBUTIR PELURU