Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

SUARA USANG

SUARA USANG Kepekaanmu Kepedulianmu Kedekatanmu Keadilanmu Kesosialanmu Tak pernah berjalan di negeri ini Tapi ketika matamu beraroma ambisius Melihat betapa nikmat mengecap kue kekuasaan Semuanya engkau lakonkan Sahabat, permainan ini suara usang Yang tak sedap didengar Aku tak terpedaya dengan senyummu Waktu memberikan cambuk yang pedas di punggungku Jangan sebarkan suara usang Tebarkan suara nurani Suara jiwa 🌹 SEMUA MENGAKU SANG MATAHARI *jelang pilkada gubsu  Sejuta wajah Membusungkan dada Dengan bangga memamerkan matahari Dalam kepal kedua tangannya Sejuta wajah Dengan bangga menyunsun kalimat di bibirnya, "aku sang matahari" Setiap titik matahari dibagi pada setiap mata Biarkan! Biarkan mereka mengaku sepuasnya Biarkan suara mereka terbenam di puncak gunung Kita punya hati nurani Kita punya mata hati Pasti bisa bicara jujur Menemukan sang matahari 🌹 RINDU KERING Tawa mentari Senyum bulan Gemulai lenggok sayap kupu-kupu Dilukis tiap detik Berbingkai nafas putih Tak la

PADA REUNI SMA

Papa Reni berdiri dan mengantarkan kedua pemuda sampai ke pintu pagar halaman rumah. Lelaki itu tidak menyapaku, karena memang dia tidak mengenalku. Sorot matanya menyimpan informasi yang akan disampaikan kepadak " Teman Reni? Mau acara reunian?,  " Tanya ayah Reni. " Iya, Pak!, " Cepat aku menjawab .masuklah!  Kami berjalan berdampingan. Badannya begitu kekar dan berisi, tidak sebanding dengan tubuhku yang kurus dan ke cil. " Silahkan duduk!, " Lelaki itupun menggeserkan kursi untukku di teras rumah. Aku duduk sendiri di teras, karena papa Reni masuk ke dalam rumah.  Untuk mengisi kesendirian, kubalik halaman demi halaman surat kabar Dobrak yang kubeli di pasar Sambu. Sasaran tertuju rubrik atau halaman Remaja Kita yang menyajikan artikel, cerpen, dan puisi remaja. Alhamdulillah, redaksi menerbitkan tulisan cerpenku. Reni datang menghidangkan segelas es buah. Dia duduk persis di kursi sisi kiriku. " Maaf, Rus, terlambat menemuimu, " Ujar Reni me

NOVEMBER CERIA

Cerpen PADA zaman sekarang sangat sulit untuk mendapatkan lowongan pekerjaan. Lowongan pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan jumlah orang yang membutuhkan pekerjaan. Disisi lain, untuk menjadi PNS harus didukung segepok uang dan pejabat yang suaranya bisa didengar. Sementara untuk bekerja di perusahaan swasta dibutuhkan pekerja yang mempunyai ketrampilan dan pengalaman kerja. Jarot, tenaga kerja yang tidak mempunyai pengalaman kerja. Tiga tahun dia telah menyelesaikan pendidikan SMA, tetapi masih berstatus pengangguran. Menyadari kondisi itu, dia menggali potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya. Menulis, ya...menulis ketrampilan yang dimilikinya. Ketrampilan menulis itu dimanfaatkan Jarot untuk mendapatkan uang dengan mengirim tulisan ke suratkabar. Sejak bulan November, tiga tahun yang lalu telah komitmen untuk beraktivitas di dunia kepenulisan. Dia tidak berniat lagi bekerja sebagai karyawan di kantor perusahaan. Tak pelak lagi. Kesehariannya berkutat dengan menulis dan menuli
Gambar
Jejak Wisata PESONA TAMAN AIR Taman air merupakan wahana berupa lingkungan yang dipenuhi dengan petak-petak kolam. Akan tetapi kolam-kolam tersebut bukan tempat pemeliharaan ikan yang dapat dipancing pengunjung. Meski begitu, bagi yang berminat menyalurkan hobby memancing ikan, tidak alah untuk mencobanya, karena lumayan ikan yang bercanda di dalam kolam. Bagi yang gemar berenang, mandi, berkecimpung ria menaiki ban tidak akan dapat merasakannya di sana. Kolam yang ada bukan untuk berenang, mandi, ataupun berkecimpung ria menaiki ban. Pengunjung hanya menikmati keindahan suasana yang dari ujung ke ujung hanya terlihat bentangan kolam.  

BARAKALLAH FII UMRIK NISA TUJUHBELAS TAHUN

Gambar
ALHAMDULILLAH, Nisa yang semasa kecil imut-imut dan menggemaskan, pada 25 Juni 2022 telah sampai batas usia remaja, 17 tahun. Barakallah fii umrik, Nisa. Sebagai gadis remaja yang memasuki fase dewasa, Nisa menyadari betapa hidup itu berada dalam arus perjuangan. Tidak mudah mengharungi ombak yang siap menghempaskan ke karang atau pantai. Untuk itu, walaupun Nisa putri tunggal dari pasangan Pahrus Zaman Nasution dan Asni Daulay, terbiasa hidup mandiri dan berkarya. "Usia 17 tahun merupakan peralihan dari remaja menuju dewasa," kata emak Nisa di hadapan teman-teman Nisa yang datang memberikan ucapan dan doa selamat. "Oleh sebab itu" lanjut emak Nisa, "Sikap kekanak-kanakan harus diubah menjadi dewasa, yaitu berpikir cerdas dan bertanggungjawab setiap perbuatan yang dilakukan," Nisa yang baru menyelesaikan pendidikan di MAS Univa, Medan (2023) melanjutkan pendidikannya ke UIN Sumut, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Prodi Perbankan Syariah. Nisa yang pernah

PUASA ITU

Gambar
PUASA ITU Puasa itu... Menyembunyi hati di mata Membuka mata di hati Suka Makmur, 4 Mei 2019 🌹 MENATA HATI Detik berjalan memasuki momentum Mengubah nuansa kristal-kristal darah Dalam bingkai lukisan hitam Digores setiap kanvas duniawi Tercoreng oleh sentuhan iblis Melanglang buana ikut angin Hati bukan batu beku Ramadhan datang memberi senyum Mencuci hati Menata hati Seribu pahala didapat Seribu dosa dilepas 🌹 TATAP RAUT SAJADAH Tarawih bersemayam dalam jubah Malam pada bulan berbibir mungil Lalu merunduk di ujung sajadah Takbiratul Ikhram merunduk wajah Kandas di bumi mengucap salam Sebelas atau duapuluh tiga Jangan lukis jumlah salam yang dilantun dalam bingkai hati Lurus nawaitu Lillahi Ta'ala Gapai seribu bulan terindah 🌹 MEMBACA DIRI Seribu kata ditebarkan di bumi Setiap nama berhak satu kata Pilih kata yang mudah diingat dan diucapkan, agar mudah membacanya gapai matahari Jika bermain-main dengan kata Mengambil kata yang bukan milikmu Bersiaplah untuk dicaci makai oleh di

DEMI KAU ANAKKU

Gambar
ANAK PEREMPUANKU Anak perempuanku Seribu purnama jariku mengubur nyamuk yang kelaparan Matahari terus membakar detik Jariku tak lagi berkuku Rentangkan jemarimu memerisai wajah Agar nyamuk sungkan menatap wajahmu Delitua, 8 Januari 2020 DEMI KAU ANAKKU Anakku yang manis Tidak ayah biarkan kau menahan pedih air mata Tidak ayah lukis luka di bathin Tidak ayah ukir sesal nafas langkah Anakku yang manis Demi lentik jemarimu memetik melati Demi bening matamu melukis dunia Demi peka nuranimu menata budi Ayah rela membatu di sini Nikmati senandung awan-awan hitam yang membakar bathin Anakku yang manis Teruslah bercanda dengan usiamu Agar engkau tahu makna bathin Rumah bahagiaku, Sibiru-biru, 24 April 2012 RUMAH UNTUK ANAKKU Rumah kecil di atas bukit Beratap langit biru Berlantai bumi penuh rindu Kado untuk tawa kecilmu, anakku Nikmatilah dengan nafas ikhlas Agar lukisan jiwa berbingkai indah Terpajang di pagar rumah Tafakur anakku dalam sujudmu Biar engkau nikmati bathin Surga JANGAN BAWA CER