TRAGEDI TOPO

Cerpen
SIAPA yang tidak mengenal pria berbadan ceking dan berambut gondrong awutan? Banyak penulis muda dan kaum muda yang mengenal dan mengaguminya. Topo namanya. Dia terkenal setelah berkali-kali cerpennya terbit di majalah idola remaja.

Kepopuleran Topo tidak pernah membuatnya sombong dan angkuh. Topo yang ramah dan sederhana tetap menjadi identitasnya sehari-hari. Akan tetapi amat disayangkan, kini Topo kehilangan dirinya. Dia lupa dengan eksistensi dirinya. Seakan Topo tak pernah lahir di bumi.

Topo tak mau tahu lagi dengan kepopulerannya. Juga tidak mau peduli dengan cerpen. Sekarang yang diketahuinya rokok, alkohol, ganja, dan morfin. Topo telah bersekutu dengan penghancur masa depannya. Padahal dahulu, semua itu musuh baginya. Bahkan dalam cerpennya Topo pernah bercerita tentang kekejaman benda terlarang itu.

Semua pengagum Topo hanya menaruh rasa kasihan dan prihatin kepadanya. Namun tak seorang pun yang berusaha untuk mengajaknya bangkit kembali dari kehancuran. Orang-orang hanya mampu menatap sebuah kehancuran anak manusia.

Jelas, sikap Topo yang lemah bertolak belakang dengan sikap tokoh dalam cerpen-cerpennya, yang penuh semangat, siap menghafapi tantangan, pantang putus asa, keras bersikap, dan memegang teguh prinsip kehidupan. Topo lemah lunglai hanya dikarenakan Yanti, perempuan manis yang dipacarinya sejak SMA lari ke pelukan pria lain.

" Top, sudah larut malam. Ayo...kita pulang!, " ajak Murni, kakak Topo ketika menemui Topo duduk lunglai di sebuah kafe tenda.

" Biarkan aku di sini! Di sini aku menemukan surga, " kata Topo enteng.

" Top, bukanlah mata hatimu. Pandanglah sekelilingmu. Tempat ini bukan untukmu. Ini neraka, Topo, "

Topo bersikap masabodo dengan omongan kakaknya. Pikirannya tidak mampu mencerna ucapan kakaknya. Yang tergambar di pelupuk mata dan hadapannya hanya suntikan narkoba atau gelas berisi alkohol.

" Top, kasihan mama. Seharian mama hanya bisa menguras air mata memikirkanmu. Ingat Top, mama sudah tua. Hanya kepada kita berdua mama bisa berbagi suka duka, " kata Murni dengan penuh persuasif.

" Kasihan mama kalau sampai sakit akibat ulahmu, " sambung Murni.

Topo diam saja. Pandangannya jauh menerawang ke langit yang dipenuhi bintang.

Murni gagal membujuk adiknya agar supaya pulang ke rumah. Dengan kesal yang memenuhi rongga hatinya, Murni meninggalkan Topo yang duduk bersandar di sepeda motornya 

Dalam kesendiriannya, pikiran dan dan imaginasi Topo berjalan  jauh menyusuri awal tragedi yang menimpa dirinya. Yanti, sekalipun masih bersatus kekasih Topo, namun boleh dikatakan hampir setiap saat berada di rumah Topo. 

Hubungan keluarga Topo dengan Yanti sangat intim. Bahkan ayah Topo sangat memanjakan Yanti. Perlakuan ayah Topo kepada Yanti seperti anak kandung. Yanti pun tanpa sungka bermanja dan bercanda terhadap calon mertuanya.

Ketika itu, sedikit pun tidak ada prasangka di hati Topo kalau ayahnya mulai menyimpan perasaan lain kepada Yanti. Kecurigaan Topo mulai muncul saat ayahnya dan Yanti beradegan mesra di teras belakang rumah.

Tangan ayah Topo dengan mesra dan bergairah membelai rambut Yanti. Adengan spontans berhenti saat Topo berada di antara mereka.

" Jangan salah sangka, Top, " kata ayahnya dengan bibir dan pucat menghilangkan rasa malu.

Sekalipun hatinya dibakar rasa marah membara melihat perbuatan ayah dan kekasihnya, tetapi berusaha melupakan kejadian itu.

**********
Bunga-bunga cinta memang telah mekar mewangi di dalam taman hati lelaki berusia 50 tahun dan gadis 21 tahun itu. Mereka tidak peduli walau jalinan asmaranya telah diketahui Topo.

Kehadiran Yanti ke rumah Topo tidak lagi setiap hari. Kalaupun dia datang hanya seminggu sekali. Itupun hanya sesaat saja. Hubungan dengan Topo kian merenggang. Dia mengeluarkan berbagai alasan bila diajak Topo untuk jalan berdua, sehingga mereka tidak pernah lagi berpacaran.

Topo semakin yakin, hubungan ayahnya dengan Yanti sudah semakin intim. Bahkan bisik-bisik tetangga pernah melihat Yanti berpergian dengan ayah Topo.

Topo melakukan pengintaian untuk membuktikan kebenaran bisik-bisik tetangga itu. Benar! Malam itu Topo mengekori mobil ayahnya yang di dalamnya duduk Yanti di sisi ayah Topo.

Saat turun dari mobil, Yanti menggandeng tangan ayah Topo memasuki restoran mewah. Sementara Topo mengintai pergerakan keduanya dari kejauhan.

Dua jam kemudian, pasangan yang sedang dimabuk asmara menuju ke hotel di pinggir kota. Topo hanya dapat memandang langkah orang yang dihormati dan dicintainya dengan marah yang membara. Topo tahu lagi entah apa yang dilakukan mereka di kamar hotel.

Sejak itu, hampir setiap hari tanpa sungkan ayah Topo pulang ke rumah hingga larut malam. Tanpa diketahui keluarga, keduanya sudah nikah siri.

Biiiuuuuuur. Buyar lamunan Topo ketika orang-orang berlarian di sekitarnya. Mereka berlarian, karena mengetahui polisi menggelar razia. 

Dengan cepat Topo bangkit dan menyalakan mesin sepeda motornya. Polisi melihat kepergian Topo yang tergesa-gesa. Mobil patroli posisi segera mengejar Topo. 

Dikarenakan terkejut, panik, dan takut ditambah lagi dalam kondisi mabuk, persis di tikungan ban depan sepeda motornya slip. Topo dan sepeda motor terpelanting ke parit.

Polisi segera memberi pertolongan. Nafas pria malang bergerak satu-satu. Wajah dan kepalanya penuh darah. Persis mobil polisi yang membawa Topo melewati pintu gerbang rumah sakit, Topo pun meninggal dunia.

Cerpenis yang lincah, gesit, ceria, dan dinamis dalam luapan ide dan imaginasinya, kini telah tiada. Yang tinggal nama dan karya cerpennya. 

Mama dan kakaknya yang terberai air mata melepas kepergian Topo. Sedangkan ayahnya masih terbuai dalam pelukan Yanti.

Kini, di atas pusaranya sunyi. Yang ada sepasang nisan dan taburan bunga. Selamat jalan cerpenis! (Kamar Sepiku, 28 Juni 2001) ***

Analisa, Medan, 16 Pebruari 2003

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDAKI SERIBU ANAK TANGGA ZIARAH KE MAKAM SAHABAT RASULULLAH

KESEDERHANAAN SAID BIN AMIR

SEBUTIR PELURU