Postingan

Menampilkan postingan dari 2000

LAMARAN MANTAN NAPI

AKU tidak mengerti, mengapa lelaki berperawakan kekar dan tinggi, bernama Marno itu datang bertamu ke rumah kami. Padahal selama ini hubungan keluargaku bersikap acuh terhadap pria yang baru sekitar tiga bulan meninggalkan terali besi. "Apa maunya datang ke rumah kami?" Tanya hatiku sembari mengawasi setiap gerak-gerik. "Apakah strategi untuk memperhatikan situasi rumah kami, agar mudah melakukan pencurian?" Prasangka negarif memenuhi hatiku. Yang membuatku semakin penasaran, mengapa ayahku sangat dekat dan akrab dengannya? Seolah-olah mereka pernah menjalin persahabatan yang amat intim. "Ratih, apa yang kau lakukan di situ?" Pertanyaan ibuku membuatku tersentak kaget. "Marna yang baru bebas dari penjara itu datang bertamu ke rumah kita," kataku. "Mau apa dia?" Tanya ibu. "Ayah-lah yang tahu, bu." "Jangan...jangan," kata ibu dengan wajah penuh cemas. "Jangan...jangan dia mau mencuri di rumah kita. Ya kan, bu?&qu